Kritik Lagu “Lampu Kuning” karya Juicy Luicy

Kritik Lagu “Lampu Kuning” karya Juicy Luicy

Lampu Kuning

Jovan/23 dan Louis/27

1. Identifikasi karya

Judul lagu: Lampu Kuning

Penyanyi: Juicy Luicy

Album: Nonfiksi

Rilis: 2024 

Genre: Indonesian Pop

Penulis Lagu: Denis Ligia, Faishal Muhammad Fasya dan Iqbal Siregar 

Produser: SOIN 

Durasi: 3:59 menit

Label: Emotion Entertainment

2. Teks kritik

Lampu Kuning merupakan track ke-7 dari album “Nonfiksi” yang memiliki pesan mendalam tentang perasaan jatuh cinta dan konsekuensinya. Seperti layaknya lampu kuning pada lalu lintas, lagu ini menyampaikan pentingnya mempertimbangkan konsekuensi sebelum merasakan jatuh cinta yang lebih dalam ketika akan menjalin hubungan percintaan dengan seseorang. 

Aransemen lagu Lampu Kuning membawa pendengar menuju petualangan musikal yang santai. Lagunya menggunakan nada yang sederhana sehingga mudah didengarkan dari segala kalangan, tanpa memikirkan maknya. Lirik yang digunakan juga saat relevan bagi mayoritas pendengar yang sedang kandas cinta. Terlebih lagi, pemilihan kata dalam lirik sangatlah puitis dengan kiasan setema dengan judul lagu. Penulis seakan-akan menggambarkan perasaannya yang terjebak di lampu kuning persimpangan jalan. Segala perasaan cinta hingga kekecewaan tertuang dengan sangat baik. Seperti yang ada dalam lirik “Sudah tahu hanya sepihak rindu. Masih coba lempar dadu peruntunganku. Gegabah nomor satu. Paling-paling menangis seperti dulu”. 

Namun, lagu ini juga memiliki beberapa kekurangan. Karena penulis menggunakan kata-kata yang terlalu puitis dengan kiasan yang melimpah, lagu menjadi susah dipahami. Orang awam yang mendengarkan lagu tidak akan paham pasti arti lagu dalam sekali dengar tanpa menganalisa lirik secara keseluruhan. 

Lampu Kuning berhasil menggugah seni perlaguan Indonesia sebagai salah satu karya Juicy Luicy yang tak diragukan kreativitasnya. Didukung dengan dalamnya makna, musikalitas, dan lirik. Sayangnya, karya yang terlalu kompleks ini terkadang susah untuk dipahami dalam sekali dengar dan membuat pendengar terkadang bingung apa makna sejatinya dari karya ini.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *