Oleh: Sebastian/XII IPS 1/34
Manusia, pada dasarnya, selalu memiliki tujuan dan keinginan untuk tumbuh, beradaptasi, dan berinovasi. Pada zaman abad ke-21, kita sudah mencapai poin di mana adanya kemajuan teknologi seperti “Artificial Intelligence“, atau “Al“. Teknologi tersebut ditemukan dan dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan- pekerjaan manusia. Tetapi, teknologi tersebut sangat maju, sehingga “kemudahan” yang diberi berdampak pada eksistensi pekerjaan -pekerjaan yang diperlukan manusia untuk menafkahi diri mereka. Bagaimana? Al dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan konvensional, seperti manufaktur maupun retail, sehingga terjadi dampak negatif di sektor-sektor tersebut.
Indikator-indikator yang dapat diobservasi dari sektor yang telah terdampak sangat mudah terlihat.
Pertama, sektor yang telah terdampak akan ada hilangnya pekerja pekerja konvensional (seperti tadi disebutkan: retail, manufaktur, dll.). Banyak perusahaan-perusahaan memecat pekerja sebanyak-banyaknya agar dapat diganti oleh mesin dan algoritma. Lalu, akan ada hilangnya lapangan pekerjaan untuk generasi-generasi masa depan. Masyarakat akan mengalami persaingan luar biasa dalam mencari pekerjaan sehingga dapat mempersulit mereka untuk menafkahi baik diri maupun keluarga. Selain itu, secara pasti, angka pengangguran akan meningkat, dan kesejahteraan masyarakat kelas menengah ke bawah akan memperburuk karena mereka tidak dapat menafkahi diri mereka sendiri. Terakhir, akan ada kesenjangan keterampilan, karena setiap slot pekerjaan akan meminta keterampilan lebih, dan kaum-kaum yang kurang beruntung tidak akan dapat membiayai pendidikannya.
Kasus yang dapat dilihat adalah kasus Dukaan. Dukaan adalah sebuah perwakilan e-commerce yang berbasis di India. Pada 3 tahun terakhir, Dukaan memecat 90% dari total pekerjanya (lebih rinci: 85% dari bidang customer service). CEO Dukaan menyatakan bahwa upaya tersebut adalah untuk “mengurangi biaya operasional”. Lalu, ditemukan bahwa Dukaan menggantikan pekerja-pekerja tersebut dengan Al Chatbot dan algoritma.
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh beberapa pihak: pertama, setiap individu dapat terus menunjang pendidikan agar tidak terdampak oleh kesenjangan keterampilan tersebut. Lalu, dari pihak masyarakat, masyarakat herus sadar akan kondisi saat ini, agar terus mendidik diri sendiri, dan juga mendorong nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan dalam sektor-sektor konvensional melalui forum-forum informal maupun formal (politik).
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan negara/pemerintah: pemerintah harus terus menerus mendorong pemahaman “Active Labor Policy“, yang mendorong partisipasi masyarakat dalam keberlangsungan perekonomian nasional. Selain itu pemerintah dapat menyesuaikan regulasi-regulasi yang sudah ada, agar melindungi hak-hak dasar masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan. Pemerintah juga dapat terus menerus program-program pendidikan melalui medium seperti workshop dan seminar agar dapat meningkatkan kualitas SDM. Lalu, program UMKM dapat terus ditingkatkan agar masyarakat dapat memiliki alternatif lain yaitu membuka bisnis sendiri. Solusi-solusi komplementer lain seperti peningkatkan akses kepada kesehatan, pendidikan dan kebutuhan dasar juga dapat dilakukan supaya dapat melayani masyarakat yang pengangguran tetapi belum bisa mendapatkan pekerjaan.
Kesimpulannya adalah: teknologi bisa menguntungkan maupun merugikan kita. Tugas kita-lah untuk menggunakan kemajuan-kemajuan teknologi seperti “Al” agar dapat terus bertumbuh, beradaptasi dan berinovasi, karena (untuk mengingatkan), itulah tujuan dan keinginan manusia.